Senin, 29 Oktober 2012 - 0 komentar

Metode Menentukan awal Syawal atau Idul Fitri


Di Indonesia ada tiga kriteria yang dipakai untuk menentukan apakah hilal terlihat berdasarkan ketinggian dari horizon saat matahari terbenam. Kriteria tersebut adalah: Rukyatul Hilal, Imkanur Rukyat dan Wujudul Hilal.

Kriteria Rukyatul hilal digunakan oleh kalangan NU mengharuskan hilal dapat terlihat. Menurut pakar astronomi Perancis, Danjon, hilal dianggap dapat terlihat jika ketinggian dari horizon minimal 7°. Sedangkan kalangan Muhammadiyah menggunakan kriteria Wujudul Hilal. Maksudnya berapapun ketinggian hilal dari horizon tidak masalah, asal sudah diatas horizon walau ketinggian kurang dari satu derajat dianggap hilal telah tampak (wujud). Pemerintah sendiri mengambil jalan tengah dengan menggunakan kriteria Imakanur Rukyat yang mensyaratkan ketinggian minimal 2° diatas horizon agar hilal terlihat. Kriteria ini hasil pertemuan Menteri-menteri Agama Brunei, Indonesia, Malaysia dan Singapura (MABIMS).

Sedangkan metode hisab adalah menentukan awal Ramadhan atau Idul Fitri dengan menggunakan perhitungan matematis dan astronomis. Berdasarkan perhitungan tersebut dapat diketahui apakah hilal telah terlihat. Perhitungan ini memiliki akurasi cukup tinggi dan menghasilkan data-data penting seperti dimana hilal akan terlihat, berapa ketinggiannya, berapa umur hilal dan sebagainya.

Berkat kemajuan teknologi komputer, saat ini kita tidak perlu bersusah payah melakukan perhitungan manual tersebut. Telah tersedia berbagai software yang dapat melakukan perhitungan awal bulan Hijriyah. Bahkan ada software yang dapat mensimulasikan keadaan langit pada saat tertentu agar kita dapat melihat gambaran keadaan hilal. Salah satu software ini adalah Stellarium yang dapat didownload secara gratis
- OS Window 32/86 bit  Download
- OS Window 64 bit       Download

(Arahkan Pointer Mouse pada objek  untuk memperbesar gambar)
Foto2218






Sekarang kita coba memperkirakan kapan Idul Fitri 1429 H. Caranya download dan install software Stellarium. Setelah itu, pertama-tama kita harus menentukan lokasi geografis tempat kita berada. Misalnya kita akan mensimulasikan kegiatan melihat hilal dari kota Banjarmasin. Klik ikon konfigurasi lalu isikan koordinat kota Banjarmasin, yakni 114'35" BT dan 3'19" LS
Foto2218






Selanjutnya kita tentukan waktu untuk melihat simulasi hilal. Biasanya waktu yang dipilih adalah saat matahari terbenam pada akhir Ramadhan. Untuk itu kita ambil dua perkiraan waktu simulasi yakni tanggal 29 September dan 30 September. Terlebih dahulu kita akan mencoba mensimulasikan hilal pada tanggal 29 September 2008 pukul 18:10 WITA saat matahari akan terbenam.
Foto2218






Pada simulasi di atas terlihat bahwa pada sore hari tangal 29 September 2009 posisi bulan lebih rendah daripada matahari. Akibatnya bulan akan terbenam terlebih dahulu daripada matahari. Oleh karena itu saat matahari terbenam posisi hilal di bawah horizon sehingga tidak memungkinkan untuk bisa dilihat walau dengan teropong sekalipun. Artinya besoknya tanggal 30 September 2008 masih terhitung bulan Ramadhan atau belum lebaran. 

Nah, selanjutnya simulasi kita teruskan ke sore hari tanggal 30 September 2008 untuk melihat apakah hilal telah terlihat pada saat matahari terbenam akhir Ramadhan. Sekarang kita atur tanggal di Stellarium menjadi 30 September 2008 pukul 18:10 WITA.
Foto2218






Terlihat bahwa pada tanggal 30 September 2008 saat matahari akan terbenam ketinggian hilal lebih dari 10° dari horizon. Artinya kemungkinan hilal dapat dilihat saat itu sangat besar baik dengan mata telanjang maupun dengan binukoler. Kesimpulan yang dapat diambil dari simulasi ini adalah pada tanggal 30 September 2008 saat matahari terbenam ketinggian hilal di Banjarmasin lebih 10° dari horizon. Artinya jika ditinjau dari berbagai kriteria yang ada di Indonesia maka hilal dianggap terlihat sehingga besoknya tanggal 1 Oktober 2008 adalah 1 Syawal 1429 Hijriyah atau hari raya Idul Fitri. 

Penetapan 1 Syawal tahun ini akan ada keseragaman jika dilihat dari berbagai kriteria yang dipakai berbagai kalangan di Indonesia. Oleh karena ketinggian hilal sudah 10° maka kriteria Rukyatul Hilal (NU), Wujudul Hilal (Muhammadiyah), serta Imkanur Rukyat (Pemerintah) akan sama. Insyaallah akan ada keseragaman penetapan 1 Syawal oleh ketiga pihak ini. 

Tapi sekali lagi perlu ditegaskan bahwa ini hanyalah simulasi dengan menggunakan software komputer. Walaupun software Stellarium ini sangat akurat, bahkan sering digunakan oleh NASA, tetapi ini hanyalah simulasi. Kita sebagai orang IT hanya menganggap ini sebagai alat, kepastian sebanarnya adalah mutlak kehendak Allah semata. Tapi setidaknya kita sudah punya rujukan dan prakiraan untuk menentukan kapan, dimana hilal akan terlihat. Selanjutnya tinggal tugas kalangan ahli rukyat untuk membuktikan bahwa hilal memang benar-benar terlihat. Selanjutnya kita bisa mempersiapkan diri untuk menyambut lebaran tahun ini.
tanda tangan

0 komentar:

Posting Komentar