Senin, 29 Oktober 2012 - 1 komentar

Antara Hambatan dan Anugerah

Kehidupan ini terkadang tidak selamanya sesuai dengan harapan, tetapi kerap mengecewakan bagi banyak  orang,  hambatan dan cobaan terus silih berganti seolah sudah menjadi siksaan yang tak bisa di lepaskan.

Namun, kadang orang putus asa dan mengeluh karena hambatan dan cobaan yang menimpa dirinya, tetapi ia tidak sadar bahwa dibalik hambatan itu ada sebuah peluang kehidupan lain yang mungkin berguna bagi dirinya maupun orang lain. Menyakitkan memang disaat kita tidak bisa menggapai apa yang kita harapkan, namun hambatan adalah peluang untuk lebih kritis dan kreatif dalam kehidupan lain. Mari kita simak beberapa kisah analogi berikut ! 


Pada suatu hari seekor anak kerang didasar laut mengadu dan mengaduh pada ibunya sebab sebutir pasir tajam menusuki tubuhnya yang merah dan lembek. "Anakku", kata sang ibu sambil bercucuran air mata, " Tuhan tidak memberikan kepada kita bangsa kerang sebuah tanganpun,sehingga ibu tidak bisa menolong mu. Sakit sekali, aku tahu anakku. Namun, terimalah itu sebagai takdir alam. Kuatkan hatimu. Jangan terlalu lincah lagi. Kerahkan semangatmu melawan rasa ngilu dan nyeri yang menggigit. Balutlah pasir itu dengan getah perutmu. Hanya itu yang bisa kamu perbuat". kata ibunya dengan sendu dan lembut.

Anak kerangpun melakukan nasihat ibunya. Ada hasilnya, tetapi rasa sakit bukan alang-kepalang. Kadang ditengah kesakitannya,  ia meragukan nasihat ibunya. Dengan air mata ia bertahan, bertahun-tahun lamanya dan tanpa disadarinya sebutir mutiara mulai terbentuk dalam dagingnya. Makin lama makin halus. Rasa sakitpun makin berkurang dan semakin lama mutiaranya semakin membesar. Rasa sakit menjadi terasa lebih wajar. Akhirnya sesudah sekian tahun sebutir mutiara besar, utuh mengkilat, dan berharga mahalpun terbentuk sempurna. Penderitaan berubah menjadi mutiara; air matanya berubah menjadi sangat berharga. Dirinya kini, sebagai hasil derita bertahun-tahun, lebih berharga daripada sejuta kerang lain yang cuma disantap orang sebagai kerang rebus dipinggir jalan.

Cerita diatas adalah sebuah paradigma yang menjelaskan bahwa penderitaan adalah lorong transendental untuk menjadikan "kerang biasa" menjadi "kerang luar biasa".

Hambatan dan penderitaan dapat mengubah "orang biasa" menjadi "orang luar biasa". Itulah yang terjadi pada orang-orang seperti A.H. Nasution, Kim Dae Jung, dan Mahatma Gandhi.

Jadi, jika hari ini kita sedang menderita, apapun sebabnya, maka bersiap-siaplah menjadi "orang luar biasa". Yakinlah bahwa di setiap hambatan dan penderitaan ada sebuah anugrah yang akan membawa pada kehidupan yang lebih berharga bagi diri kita maupun orang lain.


tanda tangan

1 komentar:

Anonim 27 Mei 2016 pukul 21.32

Menginspirasi

Posting Komentar